Satu
faktor operasional sekaligus pemasaran yang penting untuk diperhatikan
ketika membuat dan menjual produk handmade adalah harga. Secara
pemasaran, harga adalah faktor yang penting untuk menarik perhatian
calon pembeli. Jika kamu memasang harga yang terlalu tinggi dibanding
harga pasar pada umumnya, calon pembeli akan enggan untuk membeli
produkmu dan lebih memilih produk lain yang lebih murah tapi dengan
kualitas yang sama. Tapi kamu juga tentu tidak ingin menjual produk
handmade-mu terlalu murah sampai-sampai kamu harus merugi.Tapi,
tantangan dan kesulitan yang sebenarnya bukan di keputusan akhirnya,
tapi pada proses perhitungannya. Sebagai penjual, kamu harus benar-benar
memasukkan dan memperhitungkan semua sumber daya yang kamu gunakan
untuk membuat satu produk (biaya produksi). Jika salah menghitung atau
melewatkan satu sumber daya dalam hitungannya, harga yang kamu tentukan
akan tidak sesuai atau tidak memberikan keuntungan tanpa kamu ketahui
sebabnya apa.
Kali ini, kita akan membahas apa saja yang harus
dihitung ketika kamu ingin menentukan harga produk handmade yang ingin
kamu jual.
1. Hitung biaya bahan produknya
Faktor
pertama yang paling mudah dan harus kamu perhitungkan adalah bahan.
Catat apa saja bahan yang kamu gunakan untuk membuat satu produk, dan
seberapa banyak kamu menggunakannya. Kemudian, cari tahu dan catat
berapa harga dari tiap-tiap bahan tersebut, lalu jumlahkan.
Contoh: Kamu
ingin membuat dan menjual sarung bantal dari kanvas dengan tulisan atau
gambar lucu yang kamu lukis sendiri. Untuk membuat satu sarung bantal,
kamu perlu kain kanvas yang harganya Rp 40.000 per meter, benang yang
harganya Rp 2.500, dan resleting yang harganya Rp 2.500, dan cat akrilik
yang harganya Rp 10.000. Lalu, kamu memerlukan Rp 5.000 untuk mengemas
produknya sebelum dikirim. Jika dijumlah, berarti untuk satu produknya
kamu perlu biaya Rp 60.000 untuk pembelian bahan.
Bahan baku
- Kain kanvas Rp 40.000
- Benang Rp 2.500
- Resleting Rp 2.500
- Cat akrilik Rp 10.000
- Pengemasan Rp 5.000
HargaTotalRp 60.000
Tips: Untuk
mengecilkan biaya bahan tanpa mengorbankan kualitas ideal yang kamu
inginkan untuk tiap produkmu, sebaiknya beli bahannya dalam jumlah
banyak sekaligus. Misalnya, daripada membayar Rp 40.000 untuk kain
kanvas 1×1 meter, kamu mungkin bisa membeli satu gulung sepanjang 30
meter sekaligus dengan harga Rp 35.000 per 1×1 meternya. Toh kamu juga
tidak cuma membuat satu produk, kan?
2. Hitung operasional lain yang digunakan
Pengeluaran
berikutnya yang harus kamu masukkan dan hitung adalah semua biaya
operasional yang bukan bahan atau tidak terikat pada satu produk saja.
Contoh benda yang termasuk dalam kategori ini antara lain peralatan,
sewa gedung/studio/bengkel, transportasi, biaya toko
online (jika kamu menjualnya secara
online),
dan lainnya. Nah, untuk menghitung bagian ini secara akurat, kamu harus
memiliki rencana yang jelas. Berapa banyak produk yang akan kamu buat
dalam kurun waktu tertentu. Dari situ, kamu bisa menghitung biaya
operasional yang kamu perlukan untuk satu produknya.
Contoh: Untuk
membuat sarung bantal, kamu perlu mesin jahit yang harganya Rp 2 juta,
satu set kuas lukis yang harganya Rp 50.000 dan gunting Rp 5.000. Lalu,
kamu juga harus membayar biaya sewa studio/bengkel Rp 2,5 juta per
tahun. Setelah itu, kamu berencana ingin membuat 100 produk selama
setahun. Berarti menghitung biaya operasional untuk tiap produknya, kamu
hanya perlu menjumlah semua biayanya lalu membaginya dengan 100. Untuk
contoh yang ada di artikel ini, berarti untuk tiap produknya kamu
mengeluarkan biaya operasional sebanyak Rp 45.550.
Sumber daya Biaya total Biaya per produk (/100)
- Mesin jahit Rp. 2 juta Rp 20.000
- Alat jahit dan lukis Rp 55.000 Rp 550
- Sewa studio Rp 2,5 juta Rp 25.000
- Total Rp 4,555 juta Rp 45.550
Tips: Untuk
mengecilkan biaya operasional, kamu bisa meningkatkan jumlah produk
yang kamu produksi. Misalnya kamu bisa menaikkan produksimu hingga 150
produk selama sehingga biaya operasionalnya turun jadi Rp 30.366 per
produk. Atau, kamu juga bisa menghapus beberapa aset operasional yang
tidak begitu mempengaruhi proses produksi. Mungkin kamu belum perlu
menyewa studio.
3. Hitung waktu dan tenaga yang diperlukan
Membuat,
mengelola, dan menjual produk handmade memerlukan waktu dan tenaga.
Kamu harus memperhitungkan langkah apa saja yang harus kamu tempuh agar
satu produk yang kamu buat siap untuk dijual. Berapa lama waktu yang
diperlukan agar produk tersebut siap dijual? Lalu, seberapa banyak
‘gaji’ yang kamu ingin berikan untuk orang yang melakukan tugas itu?
Dari situ, kamu bisa menghitung berapa biaya waktu dan tenaga yang
diperlukan untuk tiap produk.
Contoh: Karena masih baru dan tidak memproduksi terlalu banyak produk, kamu masih bisa melakukan semua prosesnya sendirian.
Kamu
menentukan bayaran untuk dirimu sendiri sebesar Rp 20.000 per jamnya
untuk semua tugas (mulai dari proses produksi, pengelolaan, dan
lainnya).Lalu, setelah dicoba, kamu ternyata perlu waktu 3 jam untuk
membuat satu produknya. Berarti untuk tiap satu produk,kamu mengeluarkan
biaya Rp 60.000 untuk waktu dan tenaga.
Keterangan:
- Gaji Rp 20.000
- Lama produksi per produk 3
- BiayaTotalRp 60.000
Tips: Tergantung
dari bagaimana caramu menghitung dan seberapa besar usahamu saat ini,
menghitung biaya waktu dan tenaga mungkin akan sederhana (seperti di
atas), tapi bisa juga sangat rumit (misalnya ketika kamu sudah punya
pegawai yang punya tugas masing-masing). Tapi bagaimanapun, untuk
memperkecil biaya di kategori ini, kamu harus berusaha membuat proses
produksimu lebih efisien. Apakah ada langkah yang bisa dipersingkat atau
dihapus? Apakah ada tugas yang bisa dikerjakan oleh satu orang saja?
Dan sebagainya. Selain itu, kamu juga bisa bereksperimen dengan mengubah
gajimu sendiri.
4. Tentukan harga jual sesuai target penjualanmu
Setelah
menentukan semua biaya produksi di atas, langkah terakhir yang harus
kamu lakukan adalah menentukan harga. Nah, menentukan harga ini tidak
punya formula khusus sama sekali, dan kamu bebas menentukannya. Tapi,
sebagai saran, sebelum menentukan harga, pertimbangkan dulu apa targetmu
dalam jangka kurun waktu tertentu (misalnya setahun). Jika kamu baru
mulai berjualan dan ingin membangun reputasi terlebih dulu, kamu mungkin
bisa mulai berjualan dengan harga yang sama dengan biaya produksi atau
hanya sedikit lebih tinggi (misalnya di tambah Rp 5.000). Tapi jika kamu
ingin mengembangkan usahamu, kamu harus tahu seberapa besar kamu ingin
mengembangkannya, dan berapa banyak keuntungan yang diperlukan untuk
mencapai itu.
Contoh: Setelah setahun ini menjual
satu lini produk yaitu sarung bantal, kamu ingin menjual lini produk
baru tahun depan. Setelah melakukan riset kecil-kecilan,
kamu
ternyata hanya perlu modal tambahan sebesar Rp 1,5 juta. Itu berarti 10
persen dari hasil penjualan 100 sarung bantal yang kamu buat tahun ini
(Rp 165.550 x 100 = Rp 16.555.000).
Berarti untuk sarung bantal
yang kamu buat tahun ini, kamu harus menjualnya dengan tujuan mengambil
untung 10 persen dari biaya produksi, yang berarti Rp 165.550 + Rp
16.555, yang jika dibulatkan berarti Rp 182.000 per produk.
- Sumber dayaBiaya
- Bahan Rp 60.000
- Operasional Rp 45.550
- Waktu dan tenaga Rp 60.000
- Target keuntungan 10 % Rp 16.555
- Total Rp 182.105
Pertimbangan
untuk menentukan harga ini mungkin terkesan rumit, padahal di tabel
hanya ditulis sebagai “Target keuntungan 10 persen”. Tapi semua
pertimbangan itu penting agar harga produk yang kamu tentukan bisa
membuatmu usahamu membuat dan menjual produk handmade berkembang ke arah
yang tepat dan sesuai keinginan. Singkatnya, tentukan harga untuk
prospek dan tujuan ke depan.
Bonus: pertimbangkan juga faktor eksternal ini
Dari
perhitungan di atas, kamu memang bisa menentukan harga sebenarnya dari
produk handmade yang kamu buat dan jual. Tapi, apakah calon pembelimu
setuju dan mau membeli dengan harga itu? Mungkin ya, dan mungkin juga
tidak. Ada beberapa faktor luar yang mempengaruhi harga ideal dari
produk yang kamu buat, dan kamu harus mencari tahu berapa kisaran harga
ideal tersebut, kemudian melakukan beberapa penyesuaian agar harga jual
produkmu sampai di titik yang diterima oleh calon pembeli.
Untuk mencari tahu harga ideal produkmu yang bisa kamu lakukan adalah :
1.melakukan riset mengenai
harga produk lain yang mirip dengan yang kamu jual. Di mana posisi
produkmu jika dijual dengan harga yang sebenarnya. Apakah ada orang yang
menjual produk yang sama dengan harga segitu? Berapa harga produk lain
yang sejenis? Tapi, ingat, bedakan rentang harga untuk produk sejenis
yang diproduksi secara masif dengan yang dibuat secara handmade dan
punya keunikan khusus. Kamu tetap bisa melihat harga untuk produk yang
diproduksi secara masif sebagai referensi, tapi produk itu bukanlah
saingan langsung untuk produk yang kamu jual.
2.mencari tahu siapa pembelimu.
Siapa yang membeli atau akan membeli produkmu? Bagaimana daya beli
mereka? Lalu, untuk apa dan bagaimana pembeli menggunakannya? Jika
setelah beberapa lama berjualan ternyata produkmu dibeli oleh
orang-orang yang sudah bekerja dan terus dipakai sampai bertahun-tahun
atau tahan lama, kamu mungkin bisa menjual produkmu dengan harga yang
sedikit lebih tinggi, dengan alasan bahwa tiap pembeliannya merupakan
investasi jangka panjang. Tapi jika ternyata pembelimu kebanyakan anak
muda usia kuliah, kamu mungkin perlu menurunkan harga produkmu.
3.uji coba dan melihat respon orang lain.
Setelah kamu menentukan harga yang menurutmu sesuai dan masuk akal,
coba lihat hasil penjualannya. Apakah sesuai keinginan? Coba juga minta
pendapat dan
feedback dari pembeli, penjual lain, atau orang
lain yang menurutmu mengerti. Atau, kamu juga bisa membuat dua produk
yang tidak jauh berbeda secara model, tapi punya biaya produksi yang
sama, dan memasangnya masing-masing dengan harga yang berbeda. Lalu,
lihat hasil penjualannya, mana yang lebih laku?
Ketika
kamu menghitung dan menentukan harga produkmu yang sebenarnya dan
melakukan riset pasar, harga produkmu yang sebenarnya dan harga produkmu
yang ideal mungkin akan berbeda satu sama lain. Itu tidak masalah, tapi
kamu harus tahu kenapa perbedaan itu muncul. Coba lihat kembali daftar
hal yang masuk ke biaya produksimu, lalu coba ubah beberapa hal. Apakah
kamu harus menurunkan kualitas bahannya? Apakah alat dan biaya
operasionalmu terlalu besar (mungkin kamu membeli mesin jahit yang
terlalu mahal)? Atau apakah ada langkah atau proses yang bisa lebih
efisien dan tidak memerlukan pegawai tambahan? Setelah mengidentifikasi
itu dan melakukan penyesuaian yang perlu, kamu harusnya bisa menjual
produkmu dengan harga yang tepat.
Ingat, harga produkmu
bukanlah sesuatu yang sifatnya permanen. Seiring terjadi perubahan pada
tokomu, kamu juga akan mengevaluasi kembali harga produkmu dan cara kamu
menentukannya.
sumber dari :
Ira TsabitaBoneka
http://blog.qlapa.com/cara-menentukan-harga-jual-produk-handmade-mu