Sabtu, 16 November 2013

Cara Menentukan Harga Produk (Flanel)

Beberapakali saya mendapat pertanyaan “Harga segini untuk produk A kemahalan nggak ya?” Atau, sering saya lihat harga-harga produk yang membuat saya berpikir “kok dia bisa membuat harga semurah ini ya?” (heran). Karena saya tahu, jika membuat 1 biji mudah, tapi setengah mati kalau membuat dalam jumlah banyak.
Ini adalah daftar kebingungan yang umumnya dirasakan “pembuka lapak baru” dalam menentukan harga.
  1.  Kita belum PD menentukan harga, karena kita berpikir…”apa iya barang buatan saya akan laku?” atau “aduuh, harga segini kemahalan nggak ya?” Inti dari pemikiran-pemikiran ini adalah takut karya buatan kita tidak laku.
  2. Kita ingin cepat menarik banyak pelanggan, sehingga membanting harga kreasi kita.
Menurut saya…pemikiran-pemikiran di atas adalah wajar/manusiawi. Tapi sangat tidak membangun. Karena, itu berarti kita meragukan kualitas karya kita dan kita menghargai karya kita sendiri dengan murah (padahal kita membuatnya dengan susah payah). Eittss….jangan tersinggung teman-teman! Ini adalah pengalaman pribadi saya. Saya juga pernah merasakan hal tersebut.

Tentu tidak salah jika kita membuat senang pelanggan dengan servis harga murah. Tapi jangan lupa untuk memberi harga pada jerih payah dan kreatifitas kita sendiri. Ada efek yang perlu kita pertimbangkan, jika kita membuat harga terlalu murah (dalam arti : tidak sesuai dengan apa yang telah kita keluarkan) atau hanya berdasarkan harga “lapak tetangga”.
  1. Kita menentukan harga yang terlalu murah, kemudian orderan mengalir deras. Awalnya kita akan senang. Tapi setelah merasakan, betapa capek dan ribetnya menyelesaikan orderan-orderan tersebut…baru kita tahu, ternyata harga yang kita buat tidak sebanding dengan jerih payah kita, padahal kita tidak bisa langsung menaikkan harga. Akhirnya….bosan, malas dan kualitas menurun alias ngerjainnya asal-asalan, karena kemudian kita akan berpikir “ ah, sudahlah..gini aja. Harganya murah juga”….
  2.  Bila kita sudah mulai malas dan bosan, kualitas produk pun menurun, otomatis kualitas diri kita juga menurun. Kita tidak mampu memikirkan kreasi-kreasi baru yang orisinil, dan ujung-ujung…kita hanya akan menjadi follower. Jika “upah”nya sebanding dengan kerja keras kita, tentu kita akan bersemangat untuk terus mengeksplor kreatifitas kita, sehingga produk-produk kita menjadi semakin variatif dan berkualitas jempol.
Lalu, bagaimana kalau ada pelanggan yang mengatakan/merasa harga kreasi kita kemahalan?? Yang kita garap/jual ini adalah barang-barang seni. Mahal dan murah itu relatif. Saya sering heran dengan lukisan abstrak yang menurut saya balita pun bisa membuat coretan-coretan itu. Tapi kenapa harga “coretan” tersebut tinggi sekali, dan ada yang mengagumi/mau beli lagi…?! Itulah seni. Selera dan pandangan orang masing-masing. Kalau orang itu sudah suka/cocok…harga berapapun dia bayar. Lain halnya kalau yang kita jual adalah sembako atau barang-barang kelontong yang punya HET (Harga Eceran Toko), jadi kita bisa membandingkan harga antar toko/penjual.

Selanjutnya… Saya akan share cara saya membuat harga (khususnya kreasi flanel).
Misal, saya akan membuat harga untuk ganci boneka aisyah.
  1. Tentukan dan hitung berapa rupiah biaya bahan baku untuk membuat ganci tersebut. Mulai dari kain flanel, benang, lem, manik mata, dakron dan renda (1 meter kain flanel tsb bisa menjadi boneka aisyah berapa buah,dst). 
  2. Kemasan ganci boneka. Kita kemas dengan plastik mika souvenir misalnya. Jika kita beli 1 pak Rp.5.000 (isi 100 lb), berarti kemasan kita hargai Rp.50 atau Rp.100 (terserah teman-teman,mau dihargai Rp.1000 pun boleh, tidak harus pas dengan hasil pembagian)
  3.  Label. Kadang-kadang ada yang berinisiatif membuat label yang unik dan tampak profesional, sehingga packaging-nya mampu menarik minat pembeli.
  4. Transport (bila perlu)
  5. Jasa pembuatan. Ini adalah upah untuk kerja keras teman-teman. 
  6. Laba. Hal terpenting dalam bisnis. Teman-teman bebas menentukan berapa % laba yang ingin diraih. Minimal 10%...karena jika di bawah 10%, bisnis kita akan sulit berkembang/terlalu lambat. Kecuali jika volume penjualan kita tinggi, maka keuntungan 5% pun sudah lumayan banyak.
Poin 1 – 6 adalah biaya produksi per 1 pc ganci aisyah. Dan ini belum selesai. Masih ada biaya promosi. Tentukan berapa % biaya promosi untuk setiap 1 pc ganci aisyah. Apa fungsi biaya promosi ini? Dari namanya, kita akan langsung tahu..bahwa biaya ini untuk promosi.
  1. Kadang-kadang ada teman/saudara yang minta untuk sampel. Nah,bayangkan jika ada 10 orang saja yang kita beri gratis, berapa biaya yang kita keluarkan (kecuali kita sudah niat memberikan), meskipun nantinya dari 1 sampel gratis tersebut akan membuka pintu orderan yang jumlahnya ribuan pc dengan keuntungan berlipat ganda. Tapi jika tidak/ lama tdk ada yang ngorder juga?! Tentunya apa yang kita keluarkan/berikan harus sudah ada biayanya…supaya tidak tekor alias mengambil dari kocek pribadi. Jadi biaya promosi kita bebankan pada masing-masing ganci boneka aisyah.
  2. Kita membuat promo, membeli 1 lusin bonus 1, atau belanja minimal Rp.100.000,bonus gantungan kunci aisyah. Bonus-bonus ini kita  ambil dari biaya promosi.
  3.  Kita sudah menetapkan harga grosir. Tapi pasti ada pelanggan yang menawar…minta diskon. Nah..dari biaya promosi inilah kita bisa memberikan potongan harga untuk pelanggan. Jadi kita tidak memotong biaya produksi.
Agar lebih jelas, saya buatkan simulasi cara menghitung harga ganci boneka aisyah.

     Jenis                                  Biaya (Rp)
Flanel                                     1000
Benang                                    100
Manik mata                               100
Renda                                      200
Dakron                                     200
Gantungan kunci                       200
Kemasan                                  200
Label                                       500
Jasa pembuatan/pc                  1000
Laba 20%                                600

Jumlah                                  4.100
Tambahan biaya promosi 20%  4.920


Jadi, biaya produksi/pc ganci boneka aisyah adalah Rp. 4.100.
Harga grosir Rp. 4.920 atau kita bulatkan Rp.5.000.
Ketika ada pelanggan yang meminta potongan harga, kita bisa memberi diskon misalnya 10% atau 15%...atau bahkan 20%. Range-nya adalah antara Rp.5.000 – Rp.4.100. Kita jangan sampai melepas harga di bawah Rp.4.100. Jadi kita tidak hanya “asal pantas /mengira-ira” ketika memberikan potongan harga, sudah ada perhitungan dan datanya.
Untuk harga eceran biasanya 2x harga grosir atau selisih sedikit dengan harga grosir. Terserah teman-teman dalam menentukan harga eceran.
Tabel di atas adalah simulasi sangat sederhana dalam menentukan harga. silakan teman-teman kembangkan sesuai kebutuhan.

Ini adalah cara saya dalam menentukan harga. Saya sekedar share. Jadi, misal ada cara lain yang digunakan teman-teman…itu sah-sah saja.

Kesimpulannya, saya tidak sedang mendorong teman-teman untuk membuat harga tinggi. Tapi buatlah harga sesuai dengan apa yang kita keluarkan. Jika harga sudah sesuai dengan apa yang kita keluarkan, tidak ada lagi istilah kemahalan. Boleh kita intip-intip harga “lapak tetangga”, jadikan sebagai referensi,  jangan dijadikan sebagai patokan. Karena, ingat..yang kita jual adalah barang seni, bukan sembako. Hal yang wajar jika produknya sama tapi harganya beda. Semoga bermanfaat ^^,

sumber: http://kreasinupi.blogspot.com/2010/12/cara-menentukanmembuat-harga-produk.html


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...